Saturday, February 16, 2019

Roti Eropa Tak Kalah Rasanya dengan Roti lokal

Sarapan bagi sebagian orang adalah hal yang penting. Meski tak perlu banyak, yang penting dapat menjadi energi sekaligus bagian dari kesehatan. Roti adalah makanan efektif yang dapat digunakan untuk sarapan. Salah satu kafe dengan tema Roti Eropa pun hadir untuk menyajikan makanan sehat sekaligus berenergi.Hotel Indonesia Kempinski Jakarta memperkenalkan Kempi Deli and Cafe, berlokasi di Level Ground, East Mall Grand Indonesia Shopping Town, yang dapat diakses melalui Lobi Rama (lokasi Chanel) dan pintu masuk samping di sebelah Kempinski Private Residences.

Kempi Deli adalah toko makanan dan roti yang menyediakan pilihan roti dan pastry Eropa berkualitas, serta sosis buatan sendiri yang dapat dibeli untuk dibawa {takeaway) atau sebagai kudapan yang dinikmati di tengah kenyamanan kafe. Begitu pun ketika makan siang, makan malam ringan, hingga take away dalam lingkungan yang kasual dan santai.

Roti Eropa pun menjadi andalan utama Kempi Deli. . Lebih dari 50 jenis roti Eropa yang baru dipanggang dan berbagai pastry serta pilihan makanan kecil ala Prancis, salad segar, cokelat, sandwich, pasta Itali buatan rumah, sosis buatan sendiri, keju terbaik, kopi segar dan berbagai pilihan the. Kempi Deli memberi penawaran menarik sepanjang hari.Untuk santapan cepat, ada banyak pilihan, seperti Ciabatta with smoked salmon and creamy horseradish, Baguette with tomato and buffalo mozzarella with presto, Red herring salad, German potato salad, atau sekadar Schnitzel bread roll.

Sejak Pagi Bila pengunjung mau membeli untuk take away agar dinikmati bersama keluarga atau rekan-rekan kerja, dapur Kempi Deli menawarkan Bread foccacia with olive, Danish apricot crumble, German sourdough, Roll Bavarian brezel, dan banyak menu lainnya. Soal material yang digunakan untuk roti ini ternyata berasal dari bahan lokal yang tentu saja berkualitas.

Tak selamanya bahan lokal tak mampu memberikan hasilnya, itu dibuktikan Kempi Deli yang memberikan rasa yang sungguh luar biasa enak dan gurihnya.Soal roti andalannya tentu saja memiliki ragam rasa berbeda. Namun, pada setiap gigitan roti yang disediakan Kempi Deli terasa lembut dan padat, tak seperti roti kebanyakan. Lalu Kempi Deli pun sangat perduli pada kebutuhan sarapan yang notabene baik untuk kesehatan. Oleh karena itu Kempi Deli buka pada pukul 07.00-22.00.

Bertepatan dengan Liburan Natal dan Akhir Tahun, Kempi Deli menawarkan berbagai makanan tradisional khas Natal untuk dinikmati ataupun sebagai bingkisan akhir tahun, seperti Traditional Christmas Fruit Cake with Icing, Decorated Ginger Bread House, Traditional Yule Log, Vanilla Kipfel, atau Cokelat Santa berdiri

Tata Homestay Wisata Dieng

GUNA memanfaatkan nilai tambah homestay (rumah penginapan) milik warga di Dieng, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banjarnegara terus menata desa wisata di Dieng. Desa wisata inimemadukan antara homestay dan paket budidaya tanaman khas Dieng yaitu kentang dan purwaceng.

Kepala Bidang Pemasaran dan Usaha Dinas Kebudayan dan Pariwisata (Disbudpar), Tien Sumarwati mengatakan, upaya penataan ini agar perkembangan homestay di Dieng semakin terarah. Sebab selama ini perkembangannya cukup pesat. Bila pada tahun 2007 baru tercatat 14 homestay saat ini sudah mencapai 29 rumah.

"Kita terus tata, agar homestay yang menjadi bagian dari desa wisata ini semakin baik. Mulai dari kebersihan dan kerapian. Agar keberadaan home stay mendukung promosi wisata Dieng, sehingga dikunjungi turis asing maupun domestik," ujar Tien. Ia mengatakan homestay pada desa wisata ini tetap mempertahankan keaslian rumah penduduk setempat namun kesan bersih dan rapi dapat tercipta.

"Agar lebih menarik kita memadukan dengan paket budidaya tanaman purwaceng dan ken-tang yang menjadi ciri khas ta-naman di wilayah ini. Sehingga wisatawan benar-bnar menikmati alam desa, disamping keindahan Dieng."


Ngobrol Bareng Bojes AFI Siapkan Grup Band Baru

XPRESI dan Radio KPFM, Selasa (192) lalu, seharian penuh bareng cowok pemilik nama lengkap Jisin do Beaugeste atauyang akrab disapa Bojes. Mulai dari kunjungan ke Gedung Biru Kaltim Post, live on air di Radio KPFM Balikpapan, latihan di Mascara Studio bersama Gin Band, check sound di lokasi acara, sampai waktunya tampil menjadi bintang tamu acara Balikpapan Fair di Balikpapan Sport and Convention Center (DOME) Balikpapan. Inilah obrolan kru Xpresi dan kru Radio KPFM, setelah sehari bersama Bojes dan road manager-nya. Yoga, (one)

Hallo Bojes, apa kabarnya? Hallo juga, .kabar Bojes baik-baik saja.Boleh ceritain dong kesibukan Bojes sekarang, setelah lepas dari Akademi Fantasi Indosiar atau AFI?

Aku sekarang lagi sibuk nyiapin grup band yang baru aku bentuk. Rencananya sih, bakal keluar sekitar April gitu.Wah, bikin grup band Ceritain dong tentang grup band barunya?

Nama grup band yang baru kubentuk itu, namanya Rockie band. Terbentuknya sih sekitar awal September 2007. Personilnya terdiri dari aku rBojes, Red) sebagai vokal, Yerry di posisi keyboard, Rizal di posisi gitar, Beben di posisi bass, dan Iwenk di posisi drum. Nama Rockie itu, terinspirasi dari film Rockie Balboa. Nah, di situ kita melihat sosok Rockie Balboa adalah orang yang kuat. Dalam artian, kita sih penginnya bisa menjadi grup band yang "kuat" dalam belantika musik. Selain itu, nama Rockie itu, kebetulan juga sama dengan hewan piaraan kesayang-anku, yang sekarang udah nggak ada. Jadi, kayak mengenangmu, hehe. Tapi, secara keseluruhan sih, artinya grup musik pop yang ada ngerock-ngerock juga.

Aliran musik apa sih yang nanti diusung sama Rockie?

Kita nggak terlalu mematok aliran apa yang akan kita usung. Jadi semua aliran musik, ada dalam grup band Rockie. Kita sih penginnya, semua orang yang mendengarkan lagu kita bisa menikmati semuanya. Jadi, kolo pengin dengar musik pop, ada di lagu Rockie,pengin dengann lagu yang ada musik rock-nya. juga ada di sini Tapi, kolo mayoritas sih aliran-nya pop rock. Yang jelas, lagu-lagu Rockie kita buat beda dan unik. Makanya, kah pengin tahu, nanti jangan sampai nggak dengarin dan beli kasetnya ya? Hehe.

Lagu-lagu yang ada di Rockie, siapa sih yang banyak dptain? Dan, terinspirasi dari mana aja lagunya?Untuk lagu-lagu di album Rockie ini, kebanyakan yang ny-iptain lagunya adalah pemain keyboard kami, namanya Yerry. Tapi, aku juga ada ciptakan satu lagu. Soalnya, aku belum bisa untuk ciptain lagu-lagu yang bertemakan cinta. Lagu yang aku ciptain itu temanya tentang sosial. Judulnya Do The Best.

Sekarang kan banyak banget pendatang baru di belantika musik, bagaimana pendapat dan strategi yang Bojes lakukan?Buat aku sih, yang penting ki ta tetap percaya diri aja. Tetap optimis dengan materi-materi lagu dan skill bermusik yang kami punya. Yah..tetap semangat dan terus berusahalah!

Selain bermusik, ada nggak keinginan Bojes untuk nyoba hal yang lain?Dulu pernah sih, aku nyoba main di FTV. Cuma, kayaknya aku nggak cocok. Soalnya, waktu itu kita masih baru dan masih kaku. So, kayaknya mau konsen ke nyanyi dulu. Hehe.

Nah, ceritain dong buat Xpre-siholic, tentang masa remajanya Bojes, yang paling berkesan?Wah. .banyak banget yang berkesan saat masa remaja. Kayak hang out bareng teman-teman, sampai mulai jatuh cinta! Hehe. Aku dulu juga pernah kabur dari sekolah loh! Tapi, yang ini jangan ditiru sama teman-teman Xpresiholic yah.

Hehe. Tapi, hal seperti itu yang bikin aku tuh jadi ingat masa-masa remaja. Kolo pas sekarang aku ingat hal itu, kadang jadi ngerasa lucu dan ketawa juga. Hehe.Apa arti remaja buat Bojes?

Buat aku, masa remaja itu adalah masa di mana kita mengalami perubahan dari anak kecil ke dewasa. Dari situ kita merasakan perbedaan yang terjadi pada kita. Perbedaan dalam mengambil sikap, keputusan dan cara berpikir kita. Intinya sih, masa remaja itu harus dilakukan dengan hal yang positif dan berguna.

Lara Hati yang Tumbuh dalam Badai

WANGI Indrya (40). dalang wayang kulit asal Indramayu ini sesekali menycka air mata yang meleleh dipipi ketika bercerita pahitnya hidup tersingkir dari kehidupan sosial, sejak sang ayah ditangkap aparat atas tuduhan terlibat aktivitas Partai Komunis Indonesia (PKD.

Wangi mengisahkan suatu hari gurunya di SD (Sekolah Dasar) mengatakan ia tidak dapat lagi bersekolah karena ayahnya anggota PKL Ucapan sang guru yang juga didengar kawan-kawan sekelas membuat Wangi lantas dijauhi dan dikucilkan dari pergaulan.

Wangi tidak sendiri, di Bali seorang seniman Nyoman (nama samaran) melihat ayahnya dibu nuh atas tuduhan terlibat akti vitas PKL Ada pula Wayan Windra yang seluruh isi rumah nya dijarah, sementara sang ayah diseret keluar dari pura dan dibantai aparat, juga kisah tentang seniman ketoprak asal Yogyakarta Bondan Nusantara yang dikeluarkan dari SMP karena ibunya dituduh anggota organisasi terlarang.

Kisah hidup anak-anak yang tcrdiskriminasi karena orang tua mereka menjadi korban Tragedi Kemanusiaan 1965/1966 ini terangkum dalam sebuah film dokumenter berjudul "Tumbuh Dalam Badai". Film ini digarap oleh sutradara IGP Wiranegara bersama anggota kelompok pekerja seni yang tergabung di Lembaga Kreativitas Kemanusiaan (LKK).

Sung produser. Pulu Oka Sukanta mengungkapkan film Tni merupakan produksi ketiga LKK. "Tumbuh Dalam Badai" dikerjakan dengan dana sekitar Rp60 juta dalam jangka waktu sekitar dim tahun.

"Film ini dibual bukan untuk menguak kesedihan, tetapi cerminan agar kehidupan di masadepan hal semacam ini tidak terjadi. Bagi Wangi dan kawan-kawannya, menuturkan pengala man mereka sesungguhnya merupakan terapi bagi jiwa yang trauma." ujar Oka yang juga sastrawan kelahiran Bali, 1939.

Bergulirnya kisah para tokoh dalam film ini sangat ringan dan tidak cengeng, meski mengisahkan kesedihan. Di sinilah sutra dara Wiranegara memegang peranan besar.

Alumni Fakultas Film dan TV IKJ ini memutar balik ingatan penonton ke era 1965/1966 melalui kisah Wangi dan ketika kawannya itu.

Pria berambut panjang scbahu ini berhasil membuat film dokumenter menjadi ringan dan mudah dicerna. Ia juga secara halus dapat mengolah cerita kesedihan yang diungkap para tokoh men jadi sebuah fakta yang bergulir, mengalir begitu saja, tidak cc ngcng. atau bertujuan menguras air mau penontonnya.

Kepiawaian Wiranegara memang tidak perlu diragukan dalam menggarap film dokumenter. Ia (elah menghasilkan sejumlah film dokumenter seperti "Pakubuwono XII. Berjuang Untuk Sebuah Eksistensi", "Menyemai Terang dalam Kelam", dan "Meniti Buih Gelombang Tsunami". Pada Festival Film Indonesia 2005 lalu, filmnya "Pakubuwono XII" berhasil menyabet Piala Citra untuk kategori film dokumenter terbaik.

"Saya membual film ini bukan untuk menguras air mata penonton, tapi saya ungkap kenyataan hidup mereka untuk mewakili suara-suara hati orang-orang yang memiliki kesamaan penga laman dengan Wangi dan kawan-kawan. Keterwakilan ini semoga membikin lara hati mereka terobati," ujarnya.

Kesenian


Dikisahkan dalam film berdurasi satu jam itu, kehidupan yang terpinggirkan dari lingkungan sekitar membuat mereka tumbuh menjadi anak-anak yang berhati kuat, pantang menyerah, dan bertahan hidup dengan mengembangkan diri menjadi manusia baru.

Dunia kesenian yang lekat dalam jiwa para tokoh ini seolah menjadi pengobat lara hati mereka. Wangi sejak kecil telah dikenalkan pada dunia pewayangan oleh ayahnya yang berprofesi sebagai dalang wayang kulit Bagi Wangi, berkcsenian tidak hanya menjadi pclipur lara, tapi juga sarana pembelajaran agar menjadi manusia yang lebih arif.

Ibunda Bondan. Ny Kadari-yah. adalah primadona ketoprak di Yogyakartapada 1960-an. Darah seni Bondan mengalir dari sang ibu, sehingga ketika ia putus sekolah dan tak memiliki uang sepeserpun. Bondan menerjuni dunia ketoprak sebagai pemain, penulis naskah, hingga suatu hari ia bisa menembus pentas inter nasional.

"Saya memilik hidup berkese nian karena mau apa lagi, pada waat ibu saya dipenjara saya dikeluarkan dari sekolah, hidup numpang di sana-sini, dan tidak punya uang. Ternyata jalan yang saya pilih tidak salah," katanya.

Bagi Bondan, berkesenian membikin jiwanya tcrasah lebih peka dan dapat berempati dengan orang lain. Melalui kesenian ia menyampaikan pesan-pesan positif pada masyarakat tentang bagaimana hidup saling meng hormati dan menghargai.

"Awalnya pasti sedih menjalani, tapi saya tidak putus asa. Saya ingin tunjukan pada semua orang bahwa anak seorang tapol dan dituduh terlibat IM ternyata bisa berbuat sesuatu yang positif bagi masyarakat, bisa bcrpres tasi, dan membawa nama baik negara," ujar Bondan yang di awal karirnya berpentas dari kampung ke kampung.

Nyoman yang sampai sekarang belum berani menunjukkanidentitasnya sebcn#nya sebagai anak bekas tapol juga menemukan rasa tenang dan nyaman dengan berkesenian. Sesekali Nyoman masih mengalami ketakutan yong luar biasa ketika terbangun dari tidur karena terbayang pengalaman masa kecilnya yang buruk.

"Saya melihat sendiri ketika ayah saya diseret keluar dari pura. Beberapa penduduk menu tup mata saya agar tidak melihat beliau dibantai dan dibunuh," ujar Wayan dnegan suara parau.

Setelah pembantaian itu, hati Wayan semakin .sakit melihat ayahnya tewas dalam posisi jenazah terkelungkup di tanah. Tidak ada tetangga sekitar rumah yang berani menolong Wayan dan sang ibu karena khawatir mereka dianggap anggota PK1.

"Saya tahu orang-orang yang membantai itu sengaja meletak kan jenazah ayah terkelungkup di tanah. Dalam kepercayaan orang Bali, dengan posisi itu arwahnya tidak akan bisa sampai ke sisi Sang Hyang Widhi. Itulah mengapa saya sangat sedih." tambahnya.

Menyentuh


"Tumbuh Dalam Badai" menggabungkan gambar-gambar nyata berisi keseharian para tokoh dengan gambar-gambar ilustrasi berwarna hitam putih yang digarap Gumelar Demo karsono.

Gambar ilustrasi itu menggam barkan cerita yang disampaikan oleh masing-masing tokoh. Dengan gambar-gambar yang unik menggunakan pensil hitam itu tidak terlihat kasar dan sadis meski sebenarnya kisah yang diungkapkan para tokoh itu menyakitkan.

Soal memadukan gambar nyata dan gambar ilustrasi, nama Sastha Sunu yang bekerja di belakang perangkat editing tampaknya tidak perlu diragukan lagi. Kerja keras Sastha benar-benar memanjakan mata penonton dengan perpad.uan gambar yang halus, ini menjadi sesuatuyang menjadi kelebihan, sebab biasanya film-film dokumenter seringkali lemah dalam editing.

Alumni Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini bukan nama baru di dunia perfilman Indonesia. Ia sudah mengerjakan editing latih dari 20-an film layar lebar. Sastha juga mendapat kepercayaan dari sutradara Nan T Achnas untuk menggarap editing filmnya "The Photograph". Film ini kemudian berhasil meraih penghargaan kategori "Editing Terpilih" dalam Festival Film Jakarta 2007.

Dalam pemutaran perdana film ini di Goethe Haus perte nganan Januari lalu, "Tumbuh Dalam Badai" mendapat tangga pan positif dari berebagai pihak. Tanggapan yang bermunculan terutama tentang temanya yang menyentuh dan penggarapan produksi filmnya yang sangat kreatif.

"Ada energi positif yang membuat saya nyaman melihat film ini. Saya melihat para tokohnya menuturkan dengan sedih, tapi sesungguhnya mereka sedang memberi kita motivasi bahwa keterpurukan dalam hidup tidak perlu ditangisi, lapi harus berani melakukan sesuatu untuk mengubah hidup mereka itu." ujar Kiki, dari Departemen Komuni kasi FISIP Universitas Indonesia.

Seorang penonton lain. Gi-lang, mengaku tersentuh hatinya setelah menyaksikan film terse but. Sebagai anak mantan tapol Gilong mengakui selama ini takut untuk mengakui bahwa bapak nya pernah dipenjara tanpa diadili hingga bertahun-tahun lamanya atas tuduhan terlibat dalam PKL

"Saya melihat Mbak Wangi dan tokoh yang lain tidak malu mengakui siapa identitas bapak nya.

Sekarang mata hati saya rasanya mulai terbuka dan mung kin suatu saat nanti saya mem punyai keberanian yang sama dengan mereka untuk mengakui siapa sebenarnya ayah saya," demikian ujar Gilang.

Friday, February 15, 2019

Nikmatnya Kopi Panas di Puncak Kalimutu

Nikmatnya Kopi Panas di Puncak Kalimutu KEINDAHAN puncak Gunung Kalimutu di Kabupaten Ende, NTT menarik para wisatawan baik domestik maupun dari mancanegara, karena di sana ada tiga danau atau disebut tiwu warna yang airnya bisa berubah-ubah. Dulu, warna air di tiga danau itu berbeda, yaitu merah, putih, dan biru.

Sekarang. Tiwu Ata Polo airnya bukan merah lagi tetapi menjadi hijau. Danau atau tiwu ini dipercaya sebagai tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang yang telah meninggal tetapi semasa hidupnya selalu melakukan kejahatan atau kriminal.Tiwu Nuwa Muri Koo Fai yang dulu dikenal berwarna biru, kini juga berwarna htjau. Di danau ini dipercaya sebagai tempat berkumpul-nyajiwa-jiwa anak-anak muda yang telah meninggal

Sedangkan Tiwu Ata Mbutu yang dulu pernah berwarna putih sekarang menjadi warna hitam pekat. Danau ini dipercaya sebagai tempat bersemayamnya Jiiuajiuja orang-orang tua yang telah meninggal dunia.Tim media pellput dari Departemen Kesehatan. Selasa lalu membuktikan keindahan alam di puncak Kalimutu. Saat tiba di lereng Kalimutu tepat pukul 04.05 WITA, peserta satu persatu turun dari mobil dan semuanya langsung bersin-bersin dan batuk-batuk.

Ternyata selain suhu sangat dingin, aroma belerang sangat menyengat dan menyesakkan dada. Tetapi, rombongan tetap bergerak menembus kegelapan, menapaki jalan menuju puncak Kalimutu ingin melihat terbitnya matahari. Perjalanan cukup melelahkan tetapi lama kelamaan semua peserta bisa beradaptasi dengan iklim di Kalimulu.Akhirnya sampailah di sebuah tugu persis di puncak Gunung Kalimutu. Di sanalah kita bisa melihat kebesaran Tuhan, betapa menakjubkan keindahan danau-danau yang berwarna pekat seperti warna cat.

Voda penjual kopi DI sekitar tugu itulah beberapa penduduk asli Kalimutu menawarkan minuman hangatseperti teh. kopi susu, kopi jahe, dan minuman lainnya. Salah satu yang dituakan di sana adalah Yohanes Voda. 62.

Sambil menunggu malahan terbit, nikmat sekali rasanya minum kopi susu yang diseduh Voda. Dia mengaku sudah 28 tahun berjualan minuman di Kalimutu. "Saya setiap hari berjualan di sini (puncak Kalimutu). Tapi kalau tidak ada yang naik, sayajualan di bawah. Tapi hampir setiap hari ada yang datang. kata Voda kepada Pelila.

Setiap hari dia hanya mampu membawa satu termos alr panas yang berisi 12 gelas. Artinya, setiap hari minimal dia membawa pulang uang sebesar Rp60.000 karena dia menjual minuman Rp5.000 pergelas.Selain minuman, diajuga membawa beberapa lembar kain tenun Ikat yang dibuat Istri dan anaknya. Kain tenun ikat yang dibawanya harganya mulai Rp200.000 hingga Rp400.000. "Saya cuma bawa tiga saja." katanya.

Tenun ikat dari Ende Itu memang cukup mahal karena pembuatannya memerlukan waktu sekitar tiga bulan. Warna kainnya pun diambil dari pewarna alami seperti dari akar mengkudu. daun nila, kunyit, dan tumbuhan lainnya.Setelah minuman habis dan pengunjung mulai turun gunung, ayah berputra tiga inijuga Ikut turun. Pelita ber-jalan bersama Voda hingga lereng gunung. "Itu bunga edelwels. tetapi di sini tidak boleh merusak alam, jadi kalau Ingin memetik harus izin dulu," katanya.

Begitu setiap hari yang dilakukan Voda. Dia harus berjalan mendaki gunung sejauh dua kilometer dan menu-runinya lagi sejauh dua kilometer, untuk menajkahi keluarganya. Namun, JceOch-lasan Voda membuatjiwa raganya sehat hingga usia 62 tahun