Friday, February 15, 2019

Nikmatnya Kopi Panas di Puncak Kalimutu

Nikmatnya Kopi Panas di Puncak Kalimutu KEINDAHAN puncak Gunung Kalimutu di Kabupaten Ende, NTT menarik para wisatawan baik domestik maupun dari mancanegara, karena di sana ada tiga danau atau disebut tiwu warna yang airnya bisa berubah-ubah. Dulu, warna air di tiga danau itu berbeda, yaitu merah, putih, dan biru.

Sekarang. Tiwu Ata Polo airnya bukan merah lagi tetapi menjadi hijau. Danau atau tiwu ini dipercaya sebagai tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang yang telah meninggal tetapi semasa hidupnya selalu melakukan kejahatan atau kriminal.Tiwu Nuwa Muri Koo Fai yang dulu dikenal berwarna biru, kini juga berwarna htjau. Di danau ini dipercaya sebagai tempat berkumpul-nyajiwa-jiwa anak-anak muda yang telah meninggal

Sedangkan Tiwu Ata Mbutu yang dulu pernah berwarna putih sekarang menjadi warna hitam pekat. Danau ini dipercaya sebagai tempat bersemayamnya Jiiuajiuja orang-orang tua yang telah meninggal dunia.Tim media pellput dari Departemen Kesehatan. Selasa lalu membuktikan keindahan alam di puncak Kalimutu. Saat tiba di lereng Kalimutu tepat pukul 04.05 WITA, peserta satu persatu turun dari mobil dan semuanya langsung bersin-bersin dan batuk-batuk.

Ternyata selain suhu sangat dingin, aroma belerang sangat menyengat dan menyesakkan dada. Tetapi, rombongan tetap bergerak menembus kegelapan, menapaki jalan menuju puncak Kalimutu ingin melihat terbitnya matahari. Perjalanan cukup melelahkan tetapi lama kelamaan semua peserta bisa beradaptasi dengan iklim di Kalimulu.Akhirnya sampailah di sebuah tugu persis di puncak Gunung Kalimutu. Di sanalah kita bisa melihat kebesaran Tuhan, betapa menakjubkan keindahan danau-danau yang berwarna pekat seperti warna cat.

Voda penjual kopi DI sekitar tugu itulah beberapa penduduk asli Kalimutu menawarkan minuman hangatseperti teh. kopi susu, kopi jahe, dan minuman lainnya. Salah satu yang dituakan di sana adalah Yohanes Voda. 62.

Sambil menunggu malahan terbit, nikmat sekali rasanya minum kopi susu yang diseduh Voda. Dia mengaku sudah 28 tahun berjualan minuman di Kalimutu. "Saya setiap hari berjualan di sini (puncak Kalimutu). Tapi kalau tidak ada yang naik, sayajualan di bawah. Tapi hampir setiap hari ada yang datang. kata Voda kepada Pelila.

Setiap hari dia hanya mampu membawa satu termos alr panas yang berisi 12 gelas. Artinya, setiap hari minimal dia membawa pulang uang sebesar Rp60.000 karena dia menjual minuman Rp5.000 pergelas.Selain minuman, diajuga membawa beberapa lembar kain tenun Ikat yang dibuat Istri dan anaknya. Kain tenun ikat yang dibawanya harganya mulai Rp200.000 hingga Rp400.000. "Saya cuma bawa tiga saja." katanya.

Tenun ikat dari Ende Itu memang cukup mahal karena pembuatannya memerlukan waktu sekitar tiga bulan. Warna kainnya pun diambil dari pewarna alami seperti dari akar mengkudu. daun nila, kunyit, dan tumbuhan lainnya.Setelah minuman habis dan pengunjung mulai turun gunung, ayah berputra tiga inijuga Ikut turun. Pelita ber-jalan bersama Voda hingga lereng gunung. "Itu bunga edelwels. tetapi di sini tidak boleh merusak alam, jadi kalau Ingin memetik harus izin dulu," katanya.

Begitu setiap hari yang dilakukan Voda. Dia harus berjalan mendaki gunung sejauh dua kilometer dan menu-runinya lagi sejauh dua kilometer, untuk menajkahi keluarganya. Namun, JceOch-lasan Voda membuatjiwa raganya sehat hingga usia 62 tahun
Comments